JAKARTA- Ketua Umum PBNU Prof. Dr. KH. Said Aqil Siroj dan pengurus harian PBNU sowan ke Rais ‘Aam PBNU Prof. Dr. KH. Ma’ruf Amin diruang kerjanya lt.4 Gedung PBNU. Pada kesempatan tersebut Kiai Said mendoakan Kiai Ma’ruf yang besok (15/8) akan menunaikan ibadah haji.
Dalam kesempatan tersebut juga dibahas mekanisme pergantian Rais ‘Aam. Pihaknya menjelaskan akan menggelar rapat gabungan unsur Syuriyah dan Tanfidziyah setelah Rais ‘Aam Prof. Dr. KH. Ma’ruf Amin menunaikan ibadah haji.
“Nanti sepulang beliau dari haji. Kita akan mengadakan rapat lengkap dengan mengundang mustasyar, syuriyah, dan tanfidziyah,” tutur Prof. Dr. KH. Said Aqil Siroj usai sowan Rais ‘Aam di Gedung PBNU, Jakarta, Selasa (14/8).
PBNU, lanjutnya mempunyai mekanisme organisasi yang tertuang dalam AD/ART. Kiai Said menjelaskan dalam aturan PBNU Rais Aam dan Ketua Umum tidak diperbolehkan rangkap jabatan dengan jabatan politik.
“Di dalam AD/ART tidak boleh, Rais ‘Aam, Ketua Umum rangkap jabatan dengan jabatan politik. Meskipun statusnya masih pencalonan ada aturannya,” jelas Kiai Said.
Sementara Rais Aam PBNU Prof.Dr.KH. Ma’ruf Amin mengatakan mengikuti mekanisme organisasi. “Saya konsisten mengikuti aturan organisasi,” jawab Kiai Ma’ruf seperti ditirukan Ketua PBNU KH. Robikin Emhas yang ikut dalam pertemuan diruang Rais ‘Aam.
Dalam Bab XV tentang Pengisian Jabatan Antar Waktu pasal 48 tertulis; “Apabila Rais ‘Aam berhalangan tetap, maka wakil Rais ‘Aam menjadi pejabat Rais ‘Aam. ‘Wakil Rais ‘Aam akan menjadi pejabat Rais ‘Aam yang menjalankan tugas Rais ‘Aam,” jelas Kiai Said.
Seperti diketahui Presiden RI Joko Widodo menggandeng Rais ‘Aam PBNU Kiai Ma’ruf Amin untuk menjadi cawapresnya pada Pilpres 2019. Penetapan ini membuat Rais ‘Aam PBNU bersinggungan dengan AD/ART Nahdlatul Ulama BAB XVI tentang Rangkap Jabatan. Dalam pasal 51 ayat empat dijelaskan, Rais ‘Aam ‘tidak diperkenankan mencalonkan diri atau dicalonkan dalam pemilihan jabatan politik’.