JAKARTA- Beredar video hoax yang menyatakan makam terpidana Bom Bali I Imam Samudera dibongkar dan dipindahkan dengan kondisi jasad utuh. Sontak keluarga dan tokoh masyarakat disekitar makam Imam Samudera berinisiatif mencari kebenaran dengan mengunjungi makam Imam Samudera dan tidak ditemukan penggalian serta pemindahan makam. Artinya video makam Imam Samudera dipindahkan hoax adanya.
Apa tidak ada ancaman untuk berita hoax? Kok, akhir -akhir ini sangat mudah hoax tersebar.
Sebenarnya berita hoax terjadi sejak zaman Rasulullah SAW, hoax yang mengguncangkan adalah tuduhan istri terkasih beliau Ummul Mukminin Aisyah RA selingkuh. Berhari-hari mengganggu pikiran Rasulullah SAW hingga Allah SWT melalui Malaikat Jibril AS membawa ayat dan menyatakan Aisyah RA tidak bersalah, tidak selingkuh dan diceritakan peristiwa sesungguhnya. Seperti disebutkan di Alquran surah an-Nur ayat ke-11 dan 12. Bahkan istilah Alquran, berita hoax tersebut disebut dengan kata ‘Fahisyah’ sebagaimana penegasan Alquran surah an-Nur ayat ke-19, yaitu sesuatu yang teramat keji. Dan Surat An-nur ayat 19, yang berbunyi:
“Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar perbuatan yang sangat keji itu (berita bohong) tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, mereka mendapat azab yang pedih di dunia dan di akhirat. Dan Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui”.
Buruk sangka tanpa pembuktian dan tabayun, ghibah, ujaran kebencian, dan fitnah (hoax) terhadap para kiai dan orang saleh bukan hanya menutup pintu rahmat Allah, tetapi juga membuka lebar pintu murka Allah. Pesan ini berulang kali disampaikan Syekh Ali Wafa kepada Syekh Abdul Wahab As-Sya’rani dalam kutipan berikut,;
“Dalam wasiat guruku Ali bin Wafa–Allah yarhamuh–, ‘Wahai para murid, waspadalah kamu terhadap hak salah seorang sahabat gurumu karena daging para wali adalah racun sekalipun mereka tidak mengambil tindakan terhadapmu. Waspada dan waspada atas penghinaan berupa ghibah terhadap salah seorang dari mereka sekalipun ghibah itu tidak sampai ke telinga mereka. Tetapi yang seharusnya paling kalian takuti adalah ketika ghibahmu sampai ke telinga mereka karena sungguh pelindung mereka adalah Allah. Sadarilah hal ini wahai saudaraku,”
(Lihat Syekh Abdul Wahhab As-Sya‘rani, Syarah Al-Minahus Saniyyah, [Indonesia: Al-Haramain, tanpa catatan tahun], halaman 7).
Padahal terdapat pesan untuk menjauhi menyebarkan hoax pada al-Qur’an yang berbunyi “… maka jauhilah (penyembahan) berhala-berhala yang najis itu, dan jauhilah perkataan dusta.” (Q.S al Hajj: 30).
Tafsir Ibnu Katsir menceritakan bahwa Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Marwan ibnu Mu’awiyah al Fazzari, telah menceritakan kepada kami Sufyan Ibnu Ziyad, dari Fatik Ibnu Fudalah, dari Aiman Ibnu Karim yang menceritakan bahwa Rasulullah SAW berdiri melakukan khotbah. Beliau bersabda “Hai manusia, kesaksian palsu sebanding dengan mempersekutukan Allah!”.
Beliau mengucapkan sabdanya ini sebanyak tiga kali, kemudian membaca Firman Allah SWT: “Maka jauhilah oleh kalian berhala-berhala yang najis itu dan jauhilah perkataan-perkataan dusta.” (Q.S Al Hajj : 30). Adapun Imam Bukhari meriwayatkan suatu hadits nabi yang berbunyi, “Maukah kalian aku beritahu tentang sebesar-besar dosa besar? Yaitu mempersekutukan Alloh dan durhaka pada kedua orang tua. Ketahuilah juga termasuk perkataan/persaksian dusta/palsu.” (HR Bukhari). Hadits ini shahih, diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Jalan Abi Bakrah Radhiyallohu‘anhu (no. 2654, 5976, 6273, 6274, 6919) dan dalam al-Adabul Mufrad (no. 15); Muslim (no. 87).