JAKARTA- Ketua Umum PBNU Prof. Dr. KH. Said Aqil Siroj menerima kunjungan kehormatan imam dan khotib Masjidil Haram Syekh Dr. Sholeh bin Abdullah bin Humaid di lantai 3 Kantor PBNU, Jumat (4/5) siang. Syekh Sholeh beserta rombongan hadir ba’da sholat jumat dan langsung disambut Sekjen PBNU H. A. Helmy Faishal Zaini di halaman Gedung PBNU.
Ketua Umum PBNU menceritakan perjuangan berdirinya Nahdlatul Ulama dan menyampaikan tantangan umat Islam di masa lalu dan akan datang saat dialog. Menurutnya salah satu tantangan umat Islam di masa yang akan datang yaitu mulai menyebarnya paham-paham keras.
“Ini membutuhkan ketekunan para ulama khususnya Nahdlatul Ulama untuk menjaga Islam Indonesia yang moderat. Kalau para ulama tidak menjaga Islam yang moderat maka Indonesia akan berantakan,” tutur Kiai Said memulai dialog dengan Syekh Sholeh bin Abdullah bin Humaid di gedung PBNU, Jumat (4/5).
Kiai Said juga menyampaikan salam kepada Raja Salman dan mendoakan raja Salman dan raja-raja sebelumnya yang telah tulus melayani umat ketika berhaji. “Saudi negara penting karena ada haramain (Makkah dan Madinah) semoga raja Salman diberikan kekuatan,” imbuhnya.
Sementara Syekh Sholeh yang merupakan utusan raja Salman bin Saud menghadiri acara Konsultasi Tingkat Tinggi Ulama Dunia di Bogor 1-3 Mei 2018 lalu. Mantan Ketua MPR Arab Saudi itu menyempatkan diri berkunjung ke PBNU untuk menyampaikan salam Raja Salman bin Saud kepada Nahdlatul Ulama.
“Salam dari Raja Salman, Arab Saudi bersedia menjalin kerjasama dengan NU untuk memperkuat islam moderat. Sesungguhnya Islam itu agama wasatiyyah moderat, bahwa radikalisme dalam Islam dilakukan oleh oknum yang mendapat tempat pemberitaan oleh media,” tutur Syekh Sholeh.
Ia menambahkan bahwa Rasulullah Muhammad SAW merupakan tokoh nasionalisme. Ia kemudian mengutip sebuah riwayatnya.
“Seandainya aku (Nabi Muhammad) tidak diusir dari Makkah maka aku tidak akan meninggalkan Makkah. Itu bukti Rasulullah memiliki rasa nasionalisme,” kata Syekh Sholeh.