JAKARTA- Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menerima kunjungan tim pengusul gelar pahlawan nasional almarhum KH. Masjkur (Ketua Umum pengganti KH. Wahid Hasyim) di Gedung PBNU, Senin (23/4). Putra tunggal alm. KH. Masjur, KH. Syaiful Masjkur memimpin tim yang terdiri dari akademisi, budayawan, sejarahwan, dan tokoh NU usai menyerahkan berkas ke Kementerian Sosial.
“Ini merupakan ikhtiar untuk menghormati jasa-jasa KH. Masjkur untuk Republik Indonesia sejak berjuang merebut kemerdekaan dan setelah merdeka. Jasa beliau sangat besar untuk republik ini,” tutur KH. Syaiful Masjkur di Gedung PBNU, Senin (23/4).
Sementara Sekjen PBNU mengatakan mendukung penuh perjuangan gelar pahlawan nasional KH. Masjkur. PBNU, lanjutnya akan ikut aktif mendorong perjuangan tersebut.
“PBNU akan mendukung penuh gelar kiai sekaligus pejuang kemerdekaan beliau KH. Masjkur. Kita menikmati kemerdekaan saat ini atas perjuangan jiwa dan raga KH. Masjkur, semoga beliau segera ditetapkan sebagai pahlawan nasional,” ujar Kang Helmy memberikan dukungan.
Sekilas tentang KH. Masjkur. Beliau adalah seorang tokoh yang terlibat langsung dalam merintis, memperjuangkan, mempertahankan, dan mengisi kemerdekaan Republik Indonesia. Disebut ”merintis kemerdekaan” karena beliau turut melakukan perlawanan terhadap penjajahan dengan sikap non kooperasi serta menyiapkan generasi-generasi muda saat itu melalui lembaga pendidikan yang diberi nama Misbahul Wathan atau Pelita Tanah Air yang selanjutnya atas saran dari KH. Abdul Wahab Hasbullah diubah menjadi (sekarang Yayasan Almaarif Singosari).
Perubahan tersebut demi adanya sinergitas antara gerakan perlawanan yang dilakukan di Surabaya dengan di Malang. Sedangkan disebut dengan ”memperjuangkan kemerdekaan” karena KH. Masjkur terlibat secara langsung dalam upaya-upaya untuk memperjuangkan kemerdekaan baik di bidang politik maupun militer. Pada periode inilah, KH. Masjkur mulai dikenal secara luas sebagai tokoh muda yang diperhitungkan dalam peranannya sebagai Cuo Sangi-Kai Malang Syu’, anggota MIAI (Majelis Islam A’la Indonesia) yang kemudian berubah menjadi Masyumi (Majelis Syuro Muslimin Indonesia), pendiri Pembela Tanah Air (PETA) dan Laskar Sabilillah – Hizbullah, dan Dokuritsu Junbi Coosakai (BPUPK – PPKI), serta dalam pendidikan militer di Cibarusa Bogor.