BANYUWANGI- Semangat warga nahdliyyin Sidotrunan kembali digelorakan Wakil Ketua MWC NU Banyuwangi Haikal Kafili. Haikal menceritakan kisah-kisah ulama NU dari teladan semangat dan kegigihan perjuangan ulama dahulu untuk kemaslahatan umat dan bangsa.
“Monggo masih ada kesempatan ke depan untuk menjadi lebih baik dan sungguh-sungguh dalam berorganisasi. Banyak tugas keummatan yang masih perlu kita perjuangkan lebih massif lagi, ” tutur Haikal dalam acara Lailatul Ijtima’ di Masjid Al-Muqorrobin, Singotrunan, Banyuwangi, Rabu (15/2) malam.
Haikal mengatakan proses pembentukan jam’iyah Nahdlatul Ulama (NU) tidak seperti pembentukan organisasi pada umumnya. Proses berdirinya NU melalui simbol-simbol dari Allah SWT yang orang awam tidak mungkin bisa memahami.
Haikal memulai mengisahkan cerita awal Nahdlatul Ulama didirikan. Simbol-simbol yang mengizinkan untuk mendirikan organisasi ulama pesantren bukan jatuh kepada Kiai Hasyim, melainkan diterima oleh KH. Cholil Bangkalan, kiai waliyullah yang juga guru Kiai Hasyim dan Kiai Wahab. Juga dikala itu, lanjutnya KH. As’ad Syamsul Arifin masih nyantri di pesantren Kiai Cholil menjadi mediatornya (penghubung antara Kiai Cholil dan Kiai Hasyim).
“Kala itu Kiai Cholil memanggil Kiai As’ad Syamsul Arifin sembari berpesan ‘As’ad, tolong tongkat ini antarkan ke Tebuireng dan sampaikan langsung kepada Kiai Hasyim Asy’ari’ pesannya disertai seperangkat ayat suci Al-qur’an Surah Thaha ayat 17-23 yang menceritakan tentang mu’jizat Nabi Musa alaihissalam. Bacakanlah kepada Kiai Hasyim ayat-ayat ini’ tutur Kiai Cholil sembari menutup pembicaraan,” tutur Haikal mengisahkan di hadapan ratusan warga Nahdliyin.
Hadir perngurus harian MWC NU Banyuwangi, lembaga, banom, dan seluruh perwakilan pengurus Ranting NU se-Kecamatan Banyuwangi.
Kata Haikal melanjutkan, setelah mendapat perintah dari sang guru, As’ad langsung berangkat dengan jalan kaki menuju Tebuireng. Tentu banyak suka dan duka, yang jelas kecapekan dan kelelahan menimpa dirinya, namun akhirnya tibalah ia di Tebuireng.
“Mendengar ada santri utusan Kiai Cholil datang, Kiai Hasyim langsung menyambutnya dengan senang hati, karena mesti ada sesuatu yang penting. ‘Kiai, saya diutus Kiai Cholil mengantarkan dan menyerahkan sebuah tongkat. Akhirnya tongkat itu diterima Kiai Hasyim dengan penuh haru. Kiai Hasyim lalu bertanya: apa tidak ada pesan dari Kiai Cholil ? As’ad lantas membacakan surat Thaha ayat 17-23:
وَمَا تِلْكَ بِيَمِيْنِكَ يٰمُوْسٰى١٧قَالَ هِيَ عَصَايَۚ أَتَوَكَّؤُا عَلَيْهَا وَأَهُشُّ بِهَا عَلٰى غَنَمِيْ وَلِيَ فِيْهَا مَاٰرِبُ أُخْرٰى١٨
قَالَ أَلْقِهَا يٰمُوسٰىى ١٩فَأَلْقٰهَا فَإِذَا هِيَ حَيَّةٌ تَسْعٰى ٢٠قَالَ خُذْهَا وَلَا تَخَفْۗ سَنُعِيْدُهَا سِيْرَتَهَا الْأَوْلٰى ٢١
وَاضْمُمْ يَدَكَ إِلٰى جَنَاحِكَ تَخْرُجْ بَيْضَآءَ مِنْ غَيْرِ سُوْٓءٍ اٰيَةً أُخْرٰىۙ٢٢لِنُرِيَكَ مِنْ اٰيٰتِنَا الْكُبْرٰى ٢٣اِذْهَبْ إِلٰى فِرْعَوْنَ إِنَّهٗ طَغٰ ٢٤
Artinya: Dan apakah yang ada di tangan kananmu, wahai Musa?” .Dia (Musa) berkata, “Ini adalah tongkatku.Aku bertumpu padanya, dan aku merontokkan (daun daun) dengannya untuk (makanan) kambingku, dan bagiku masih ada manfaat yang lain.”Dia (Allah) berfirman, “Lemparkanlah ia, wahai Musa!” Lalu (Musa) melemparkan tongkat itu, maka tiba tiba ia menjadi seekor ular yang merayap dengan cepat.Dia (Allah) berfirman, “Peganglah ia dan jangan takut, Kami akan mengembalikannya kepada keadaannya semula. Dan kepitlah tanganmu ke ketiakmu, niscaya ia keluar menjadi putih (bercahaya) tanpa cacat, sebagai mukjizat yang lain. untuk Kami perlihatkan kepadamu (sebagian) tanda tanda kebesaran kami yang sangat besar. Pergilah kepada Firaun; dia benar benar telah melampui batas.
Mendengar ayat suci yang dibacakan As’ad, Haikal melanjutkan kisahnya hati kiai hasyim bergetar. Matanya menerawang terbayang wajah sang guru yang sudah sangat sepuh namun bijaksana. Dari kutipan singkat kisah detik-detik berdirinya NU yang terjadi pada tahun 1924, Haikal menegaskan bahwa NU tidak seperti pembentukan organisasi pada umumnya.
“Pada akhirnya dalam hati Kiai Hasyim menyimpulkan sebuah isyarah/tanda terkait dengan rencana mendirikan organisasi ulama,” ungkap Haikal yang juga dosen Universitas Bakti Indonesia (UBI) Banyuwangi. (M. Sholeh Kurniawan)