JAKARTA- Lembaga Kesehatan PBNU menyelenggarakan Kongres pertama Asosiasi Rumah Sakit Nahdlatul Ulama (ARSINU) di Jakarta. Lembaga Kesehatan berinisiatif untuk membuat sebuah asosiasi yang mewadahi rumah sakit NU di seluruh Indonesia.
“Saya pribadi dan atas nama PBNU mendukung dan siap membantu dengan kebijakan tumpang sari dengan pesantren atau perguruan tinggi yang ada. Kedepan sudah saatnya LKPBNU melalui ARSINU membuat target dalam satu tahun berapa rumah sakit, klinik dan Poskestren yang akan dibangun,” ujar Sekjen PBNU, H. Helmy Faishal Zaini dalam sambutannya di Kongres ARSINU, Hotel Balairung, Jakarta, Jumat (16/9).
Sekjen PBNU menceritakan pengalamannya saat menjadi Menteri PDT era Presiden SBY. Ia mengetahui kondisi struktur dan infrastruktur medis di daerah terpencil, terluar dan terdepan. Menurutnya sudah saatnya NU mengambil peran penting membantu pemerintah dalam memenuhi kebutuhan kesehatan.
“Jika merujuk pada standar PBB ketersediaan dokter kita cukup, tapi jika dilihat sebarannya sangat timpang. Maka ketika Menteri PDT saya kontrak bidan-bidan ditempatkan di daerah terpencil dan hasilnya sekarang banyak kepala daerah yang meneruskan,” imbuh Menteri PDT era Presiden SBY ini.
Ia juga mengingatkan ARSINU untuk memprioritaskan warga NU dalam pelayanan. Pihaknya sekarang sedang gencar mendata warga dengan program Kartu Anggota Nahdlatul Ulama (KartaNU). “Karena pakai nama NU harus afirmatif ke warga nahdliyyin, jika ada warga NU sakit tidak punya uang tetap ditolong,” tutur Bapak dua anak ini mengingatkan.
Sementara Ketua LK-PBNU H. Hisyam Said Budairy mengatakan ARSINU untuk menyatukan standar RSNU. “ARSINU bisa dibuat untuk melakukan standarisasi RSNU baik infrastruktur maupun pelayanannya,” tutur Hisyam.
Ada sekitar 24 rumah sakit berafiliasi dengan NU yang mengikuti Kongres pertama. Kongres pertama diagendakan 16-17 Oktober 2016 dengan disertai kegiatan seminar kesehatan.