SURABAYA- Sekretaris Jenderal PBNU H. Helmy Faishal Zaini melakukan napak tilas ke kantor pertama NU di Jalan Bubutan VI No 2 Surabaya. Kantor tersebut menyimpan segudang sejarah dan peristiwa. Sekarang gedung yang ditetapkan sebagai salah satu cagar budaya dimanfaatkan menjadi Kantor Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Cabang Surabaya.
“NU berdiri bukan di gedung ini, melainkan di rumah KH Ridwan Abdullah di Bubutan gang VI No 20, banyak orang yang salah mengira. Dan gedung ini digunakan para kiai rapat untuk mencetuskan Resolusi Jihad,” kata H. A. Muhibbin Zuhri Ketua PCNU Surabaya menjelaskan ke Sekjen PBNU di Kantor PCNU Surabaya, Surabaya, Senin (29/8).
Kang Helmy memperhatikan secara seksama detil gedung bersejarah NU tersebut satu per satu mulai dari ruang aula utama, ruangan H. Hasan Gipo yang sekarang menjadi ruangan Ketua PCNU Surabaya. Sekjen PBNU didampingi pengurus PCNU Surabaya melanjutkan ke ruangan syuriyah, ruangan sekretariatan, hingga ruangan badan otonom NU Surabaya. “Bangunan yang asli hanya sampai sini (ruangan Ketua PCNU Surabaya), sedangkan ruangan banom itu tambahan dan sudah lain gang,” jelas Muhibbin.
Puas melihat di bagian dalam, kini Menteri PDT Kabinet Indonesia Bersatu Jilid 2 ini, melihat momentum Resolusi Jihad di samping pintu masuk. Momentum ini ditandatangi oleh Ketua Umum PBNU, KH Said Aqil Siroj tahun 2011 lalu.
Setelah puas menjelajahi isi gedung, Sekjen PBNU menyarankan supaya kondisi gedung tetap dipertahankan dengan melakukan renovasi dan tidak menghilangkan unsur keasliannya sebagai cagar budaya (Heritage). “Gedung ini harus sedikit direnovasi dengan memasukkan unsur entertainnya, agar feel-nya terasa saat ada yang mengunjungi gedung ini,” kata kolektor piringan hitam itu memberikan saran ke pengurus PCNU Surabaya.
Bahkan Helmy juga menyerukan agar warga NU wajib mengunjungi kantor NU Surabaya saat berkunjung ke ibu kota Jawa Timur ini. “Saya kira gedung ini wajib dikunjungi oleh warga NU agar mengetahui sejarah NU,” imbuh Bapak dua anak ini.
Helmy tampak terkesima ketika berada di ruang rapat mu’assis Nahdlatul Ulama. Bahkan ia terbayang dan merasakan para mu’assis NU melakukan rapat perdana dan menunjuk H. Hasan Gipo sebagai Ketua Tanfidziyah pertama.
“Saya usul agar posisi meja rapat juga disetting sesuai zaman dulu saat pertama kali para kiai rapat. Dan tempat duduknya diberi nama sejumlah kiai atau ulama pendiri Nahdlatul Ulama,” Pinta Sekjen PBNU.