JAKARTA- Rais Aam PBNU Dr. KH. Ma’ruf Amin mengatakan Nahdlatul Ulama (NU) akan mengkampanyekan islam moderat ke seluruh dunia. Hal itu dilakukan karena ada dua kelompok yang berbahaya yakni radikalisme dan liberalisme.
“Pertama kelompok radikalisme yang sangat tekstualis dan hanya condong beribadah pada satu pendapat, tidak menerima pendapat lainnya. Kedua, kelompok liberalisme yang menggampangkan, dianggap tidak ada kepastian dalam beragama semuanya bisa ditinjau ulang sesuai dengan keinginan sendiri,” tutur Rais Aam PBNU Dr. KH. Ma’ruf Amin dalam pidato iftitah pembukaan konferensi internasional islam moderat (Isomil) di JCC, Jakarta, Senin (09/5).
Kedua kelompok tersebut, lanjut KH. Ma’ruf merupakan gambaran kelompok yang berlebihan dalam beragama yang tersebar di seluruh dunia. Mereka, Kiai Ma’ruf menambahkan kebanyakan memanfaatkan media untuk mempengaruhi dan menipu sebagian besar umat islam terutama kalangan pemudanya.
“Mereka mendapatkan tempat dengan memanfaatkan media sosial yang mempersempit jarak dan memudahkan publikasi kepada sasaran target. Untuk itu saya mengajak kepada peserta Isomil ini untuk menyerukan dakwah islam moderat yang berdiri diantara dua kelompok tersebut, tidak tekstulis dan tidak liberal serta mengisi media informasi lainnya,” ajak Kiai Ma’ruf.
Sementara Wakil Presiden Jusuf Kalla saat membuka ISOMIL mengungkapkan bahwa sudah saatnya ulama bersatu untuk menghadirkan inspirasi dan solusi penyelesaian konflik yang terjadi dunia. Menuturnya peran dunia islam sangat besar dalam perdamaian dunia.
“Kita duduk bersama pada forum ini dengan tujuan mencari solusi perdamaian di dunia meskipun realisasinya tidak semudah dalam konferensi seperti ini. Setiap ada Adzan disitu ada kekayaan sumber daya alam,” ujar Jusuf Kallai disambut gekak tawa ratusan peserta ISOMIL NU.
ISOMIL PBNU dibuka secara resmi oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla pada Senin. Forum bertema “Islam Nusantara: Inspirasi dan Solusi untuk Peradaban Dunia” yang dihadiri para pemimpin umat Islam dari 35 negara. ISOMIL diselenggarakan pada 9-11 Mei 2016 diikuti oleh sekitar 400 peserta dari berbagai negara, terutama Timur Tengah, Eropa, Amerika, Australia, perwakilan negara-negara Asia, dan para kiai Indonesia.