JAKARTA- Raden Ajeng Kartini setiap tanggal 21 April diperingati sebagai pahlawan nasional emansipasi perempuan Indonesia. Darimana RA Kartini mendapatkan pemikiran cemerlang pada zaman itu?
Ternyata RA Kartini merupakan salah satu santri guru ulama nusantara, KH. Soleh bin Umar Assamarani (Mbah Soleh Darat), Semarang. Pertemuan Kartini dengan Mbah Soleh Darat terjadi di rumah Bupati Demak Pangeran Ario Hadiningrat, yang juga pamannya. Saat bersamaan Mbah Soleh Darat mengisi pengajian di pendopo Demak dan Kartini ikut pengajian tersebut. Bab yang dibahas Mbah Soleh Darat menarik hati raden ajeng untuk mengikuti hingga selesai yaitu makna surat Al Fatiha.
Usai pengajian Kartini meminta kepada pamanda untuk ditemukan dengan ulama kharismatik tersebut dengan merengek rengek seperti anak kecil. Singkat cerita Kartini menyampaikan ketertarikan dengan makna induk Al Quran yang didengar dari penjelasan Mbah Soleh Darat. Kartini menodong guru ulama itu dengan menanyakan hukum orang berilmu yang menyembunyikan ilmunya. Mbah Soleh Darat seketika mengucap subhanallah, dan berterima kasih telah diingatkan Kartini.
Bukan tanpa alasan abad 18 ulama nusantara tidak menulis terjemahan kitab suci umat islam. Pemerintah kolonial Belanda membuat kebijakan membolehkan belajar al Quran namun tidak boleh mengajarkan terjemahan.
Setelah bertemu dengan gadis priyayi putri Bupati Jepara, Mbah Soleh menabrak kebijakan Belanda dengan menulis terjemahan al Quran dalam bahasa jawa dengan huruf arab atau lebih dikenal pegon. Hal itu agar tidak membuat Belanda curiga. Walhasil Mbah Soleh menulis kitab tafsir dan terjemahan Qur’an ini diberi nama Kitab Faidhur-Rohman, tafsir pertama di Nusantara dalam bahasa Jawa dengan aksara Arab. Kitab ini dihadiahkan kepada R.A. Kartini pada saat menikah dengan Bupati Rembang, R.M. Joyodiningrat.
Dari Kitab Faidhur Rohman RA Kartini menemukan ayat yang amat menggetarkan sanubarinya. Dikemudian hari ayat ini menjadi treadmark Kartini ‘dari gelap terbitlah terang’ yakni;
“Orang-orang beriman dibimbing Alloh dari gelap menuju cahaya” (Q.S. al-Baqoroh: 257).
(Diolah dari berbagai sumber)