MEDAN- Pembukaan Rapat kerja nasional Lembaga Perekonomian NU (Rakernas LPNU) Sabtu (2/4) lalu ditandai pemukulan gordang sambilan. Apakah gordang sembilan itu? Tidak lain adalah instrumen alat musik tradisional masyarakat mandailing, Sumatera Utara.
Mari mengenal Gordang Sambilan lebih jauh agar khasanah nusantara bisa diketahui. Gordang sambilan seperti dikutip dari ciricara.com merupakan warisan seni dan budaya masyarakat Mandailing yang dianggap sakral. Terdiri dari sembilan gordang berukuran besar dan panjang, gordang sambilan disusun secara bertingkat menurut ukurannya.
Gordang Sambilan terbuat dari kayu yang dilubangi salah satu ujung lobangnya, kemudian ujung yang lain ditutup dengan menggunakan membran terbuat dari kulit lembu. Kulit tersebut ditegangkan dengan menggunakan rotan, yang juga berfungsi sebagai pengikat. Untuk membunyikan diperlukan pemukul dari kayu. Mirip dengan gendang jika di Jawa namun terbuka sebelah.
Masing-masing gendang pada alat musik Gordang Sambilan memiliki nama. Mereka adalah Jangat Siangkaan, Jangat Silitonga, Jangat Sianggian, Pangaloi, Pangaloi, Paniga, Paniga, Udong-Kudong, dan Eneng-Eneng.
Seperti diketahui pemukul gordong sambilan kemarin adalah Ketua PBNU H. Eman Suryaman, Mustasyar PBNU Buya Ali Akbar Marbun, Rais Aam PBNU, Plt. Gubernur Sumut, Ketua Umum, Sekjen PBNU, Wali Kota Medan Dzulmi Eldin dan Ketua PP LPNU Harvick Hasnul Qolbi.
Rois Aam KH Ma’ruf Amin dalam kesempatan tersebut mengatakan NU harus memberi dampak positif bagi ekonomi bangsa. Perbaikan ke arah yang lebih baik secara berkelanjutan khusus bidang ekonomi perlu terus dilakukan NU. Ditambahkannya, perlu dilakukan konsolidasi pengusaha kuat di lingkungan NU, pemberdayaan pengusaha lemah atau UKM dan menghadirkan pusat inkubasi bisnis di seluruh Indonesia.
“Potensi NU di bidang ekonomi sangat besar dengan anggota NU yang mencapai lebih 90 juta orang. NU selama ini tidur, sekarang ini bangun. Selama ini umat NU digarap orang, sekarang bangun dari kita sendiri untuk kepentingan diri kita demi kemajuan bangsa dan negara,” tegas Rais Aam PBNU itu.