JAKARTA- Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim Nahdlatul Ulama (LPBI NU) menyalurkan bantuan kepada masyarakat terdampak banjir di Kabupaten Lamongan Jawa Timur. LPBINU memberikan bantuan berupa paket sembako untuk 125 KK di 4 lokasi yakni Kecamatan Kalitengah, Kecamatan Turi, Kecamatan Glagah dan Kecamatan Karangbinangun.
Adapun pemilihan 4 (empat) wilayah tersebut berdasarkan hasil pengamatan jumlah dan besarnya dampak yang ditimbulkan. Sedangkan pemberian jenis bantuan ini dilaksanakan berdasarkan assessment yang dilakukan oleh Pengurus Cabang LPBI NU setempat, yang menyebutkan bahwa saat ini kebutuhan utama masyarakat terdampak banjir di antaranya adalah makanan.
“Bantuan yang diberikan oleh PP. LPBI NU ini dimaksudkan untuk membantu para korban terdampak bencana banjir di Lamongan setelah dilakukan assessment. LPBINU berharap semua pihak terutama Pemerintah, masyarakat dan lembaga usaha di Lamongan untuk konsisten menjalankan upaya PB (Penanggulangan Bencana) dan PRB (Pengurangan Risiko Bencana) yang telah dirumuskan dalam beberapa perencanaan PB yang sudah ada,” kata Sekretaris PP. LPBI NU, Yayah Ruchyati dalam rilisnya.
Yayah menjelaskan pada tahun 2013, LPBI NU melakukan pendampingan dalam penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana (RPB) dan Rencana Aksi Pengurangan Risiko Bencana (RAD PRB) Kabupaten Lamongan. Ia menambahkan jika komitmen semua pihak dalam perencanaan tersebut dilaksanakan, insya Allah kejadian banjir akan dapat berkurang intensitas dan frekwensinya dan dampak bencana banjir dapat dapat diminimalisir karena semua daerah rawan banjir sudah teridentifikasi dan sudah dirumuskan upaya untuk menanggulangi dan mengurangi risikonya.
Sementara Ketua PC LPBI NU Lamongan Ainur Rofiq mengatakan hujan yang turun dengan deras setiap sore dari 29 Februari 2016 hingga 6 Maret 2016 lalu, menimbulkan genangan di beberapa kecamatan di Kabupaten Lamongan. Banjir di Kecamatan Karangbinangnun, Kecamatan Turi, Kecamatan Glagah dan Kecamatan Kalitengah, disebabkan curah hujan yang tinggi serta buruknya drainase di 4 kecamatan tersebut.
“Warga hanya bisa menggunakan transportasi perahu di beberapa desa. Skema pemberian bantuan melalui perangkat organisasi LPBI NU di tingkat kabupaten tersebut diharapkan mampu menjangkau warga masyarakat yang terdampak banjir, terutama mereka yang berada di kawasan yang sulit dijangkau karena akses terputus,” jelas Ainur.
Ainur menjelaskan kondisi tersebut diperparah dengan tidak berfungsinya pompa di Desa Kuro yang selama ini mengendalikan air di 4 kecamatan tersebut dengan membuang ke aliran Bengawan Solo. Sedangkan banjir di Kecamatan Babat, selain karena curah hujan yang tinggi dalam 5 hari terakhir juga disebabkan ditutupnya jalur air dari Babat yang menuju ke Rawa Sembadu. Hal ini disebabkan alih fungsi Rawa Sembadu menjadi pertanian warga yang sudah memasuki masa tumbuhnya bulir-bulir padi. Apabila jalur air dari Babat ke Rawa Sembadu dibuka dapat menyebabkan gagal panen. “Dari 5 kecamatan terdampak banjir, Kecamatan Kalitengah adalah daerah yang terparah karena terisolir oleh genangan air,” jelasnya.