JAKARTA- Dikalangan pesantren kunci sukses santri adalah do’a sang kiai. Hal itu berlaku sejak era awal pesantren. Dan banyak kiai bermunajat kepada Allah SWT di sepertiga malam untuk kesuksesan santrinya.
Syahdan, salah seorang santri Kiai Kholil Harun, Kasingan, Rembang mempunyai cara saat menghadapi santri yang begitu mbelingnya sehingga amat sering dimarahi. Setiap kali memarahi, Kiyai Kholil mengatainya dengan: “kucing belang”!
Teman-teman si santri prihatin, hingga menggosip masa depan si santri dianggap suram. “Akan jadi apa nasib anak itu nanti… dimarahi Kiai berkali-kali kok tidak kapok-kapok… sampai dikata-katai begitu…(kucing belang)”
Namun siapa sangka, belakangan si santri mbeling menjadi kiai yang disegani. Teman-temannya heran, sampai-sampai ada yang memerlukan datang untuk bertanya,
“Kok bisa?”
Kiai-mantan-santri-mbeling tercenung, mengenang gurunya.
“Kalian nggak tahu”, katanya, “dulu itu, setiap Kiyai Kholil mengataiku ‘kucing belang’, aku malah tambah bersemangat…”
“Kok bisa?”
“Kamu tahu enggak, kucing belang itu apa?”
“Kucing mbeling?”
Kiyai-mantan-santri-mbeling tertawa.
“Itu menurut pengertianmu…”, katanya, “aku sendiri memaknainya: macan!”
(Dikutip dari portal terong gosong binaan Katib Aam PBNU KH. Yahya Staquf)