JAKARTA- Pengurus Besar Nahdlatul Ulama menyatakan sikap berada digarda depan memerangi kejahatan kemanusiaan yakni radikalisme dan terorisme. Hal itu menyikapi serangan bom sarinah yang terjadi di daerah Jalan Thamrin, Jakarta Pusat, Kamis (14/01) siang.
Ketua Umum PBNU, Prof. Dr. KH. Said Aqil Siroj mengatakan enam sikap Nahdlatul Ulama terkait peristiwa yang menjadi musuh kemanusiaan tersebut. Pertama, Kang Said – sapaan akrab Prof. Dr. KH. Said Aqil Siroj- mengajak bersama-sama meningkatkan kewaspadaan di lingkungan masing-masing.
“Saatnya kita jaga solidaritas. Kita pastikan seluruh elemen negeri ini tetap bersatu dan tidak mudah terpancing dalam tindakan-tindakan yang justru merugikan. Masyarakat harus tetap mawas diri, waspada dan tidak terpengaruh dengan ajakan-ajakan yang mengatasnamakan agama dan jihad tetapi perilakunya adalah membenarkan ajaran radikalisme dan terorisme,” kata Kang Said saat konferensi pers yang didampingi Sekretaris Jenderal PBNU H. A. Helmy Faishal Zaini dan pengurus harian lainnya di Gedung PBNU, Jakarta Pusat, Kamis (14/01) malam.
Kedua, lanjutnya bahwa segala bentuk teror yang hendak mengganggu dan merongrong kedaulatan dalam berbangsa dan bernegara, harus dilawan. Dan ketiga, PBNU menyeru kepada segenap warga nahdliyyin untuk tidak gegabah, tetap sigap dan saling berkoordinasi, membangun sinergi bersama aparat penegak hukum untuk menciptakan suasana kehidupan yang aman, sejuk dan damai.
“Keempat, Negara tidak boleh kalah oleh aksi teroris. Pembiaran terhadap kelompok-kelompok yang radikal akan menumbuhsuburkan gerakan terorisme dan radikalisme. Kelima, Menghimbau aparat keamanan untuk menyerap informasi dari masyarakat sekaligus mengangtisipasi setiap perkembangan dinamika informasi yang berkembang,” tuturnya.
Terakhir, dikatakan Kang Said, Presiden harus mengevaluasi total kerja-kerja Intelijen. “Intelejen harus siap dan sigap dalam kerja-kerja menghalau terorisme,” tukas Kang Said.