JAKARTA- Serangan teroris di Paris beberapa pekan lalu menghebohkan dunia internasional. Semua negara semakin waspada dengan meningkatkan keamanan. Peristiwa tersebut menarik untuk dikaji lebih dalam terutama terkait motif pelaku yang menjadikan target tidak seperti umumnya teroris lakukan, sebuah restoran.
“Kalau melihat tempat sasaran di restoran, analisa saya ini motifnya heroisme. Pelaku mengaku puas menembaki orang seperti di film-film selama ini,” ujar Direktur BNPT, Brigjen Pol Hamidin di Gedung PBNU, Jakarta, Jumat (20/11).
Sekarang, Pria bertubuh gempal ini menambahkan pasukan ISIS dari Eropa dan Jepang motifnya kebanyakan heroisme. Ia mengatakan diketemukan fakta mereka bergabung juga bukan beragama islam. “Mereka non muslim yang bergabung hanya ingin terlihat herois, meluapkan nafsu seperti yang selama ini hanya dilihat di layar lebar,” imbuhnya.
Dalam diskusi ba’da jumatan PBNU forum tashwirul afkar PBNU yang mengulas efek tragedi Paris di Indonesia terlihat jaringan teroris Negara Islam Irak dan Syiria (NIIS) atau ISIS sudah ke seluruh penjuru dunia, termasuk Indonesia. Beberapa kasus yang terjadi di Indonesia, mulai dari pejabat hingga tukang Ojek disasar ISIS untuk bergabung ke Syiria.
“Banyak rekrutmen ISIS melalui jalur kekerabatan, pertemanan, guru – murid dan 90 persen melalui jejaring medsos. Motifnya tidak hanya ideologi, juga ekonomi bahkan heroisme,” kata Hamidin.
Sementara Sekretaris Jenderal PBNU, H. A. Helmy Faishal Zaini mengatakan pelaku terorisme tidak mewakili Islam dalam melancarkan gerakan terorisme. “Seluruh gerakan radikalisme atas nama Islam itu bukan Islam. Semua agama mengajarkan kepada penganutnya untuk terus berbuat benar, bukan untuk terus merasa benar,” urainya.