JAKARTA- Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) meminta semua pihak menahan diri menyikapi peristiwa berbau SARA di Aceh Singkil, Aceh. Ditengah suasana tahun baru 1 Muharram 1437 H, untuk menyelesaikan masalah yang terjadi perlu kondisi yang dingin.
“Sikap teduh untuk menjaga suasana tetap tenang dan kondusif sangat dibutuhkan di Aceh Singkil, khususnya di lokasi kejadian untuk saat-saat sekarang ini. Pemerintah dan otoritas keamanan sedang melakukan penyelidikan mendalam terkait peristiwa pembakaran gereja di Desa Sukamakmur, Kecamatan Gunung Meriah, Kabupaten Aceh Singkil, Aceh,” kata Sekretaris Jenderal PBNU, H. Helmy Faishal Zaini usai istighosah tahun baru islam 1437 H di Gedung PBNU, Jakarta, Selasa (13/10).
Haji Helmy menjelaskan, peristiwa ini jelas tidak menunjukkan ajaran islam yang benar. Sebab, lanjutnya, Islam bukan agama yang mengajarkan kekerasan.
“Islam adalah agama akhlak. Rasulullah Muhammad SAW pun meneledankan dakwah bil hikmah wal mauidzatil hasanah. ‘Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik’,” papar Haji Helmy seraya mengutip QS. An-Nahl 125.
PBNU, Helmy menambahkan meminta aparat dalam penanganannya bertindak persuasif dengan sesegera mungkin membuat langkah-langkah mediasi. “Pemda setempat dengan segenap unsur Muspida, ulama, tokoh masyarakat, dalam hal ini hendaknya mengedepankan prinsip-prinsip maslahah ‘ammah dan penegakan hukum yang tegas, adil, dengan tetap mengedepankan ahlakul karimah,” tukas tokoh muda Nahdlatul Ulama ini.
Seperti diketahui terjadi insiden pembakaran tempat ibadah ini terjadi tadi hari ini. Sejumlah laporan menyebutkan dua bangunan gereja dibakar oknum masyarakat setempat dan menelan korban.